Sejak zaman penjajahan dan penindasan oleh Belanda maupun Jepang, pesantren memegang peranan yang sangat penting untuk mengusir para penjajah. Para santri dan kiai tak kenal lelah, meskipun tanpa senjata, berjuang memerangi kolonialisme para penjajah. Senjata yang palng ampuh dan paling ditakuti Belanda waktu itu adalah spirit keislaman yang didalamnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme yang sesungguhnya.
Begitu banyak contoh perjuangan para santri dan kiai mengusir penjajah. Satu diantaranya adalah perjuangan melawan penjajahan Jepang yang dilakukan oleh K.H. Zaenal Mustofa dan para santrinya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Masalah utama perlawanan kepada Jepang tersebut adalah peraturan penjajahan Jepang yang mewajibkan seluruh rakyat Indonesia untuk melakukan gerakan menunduk ke arah timur pada pagi hari, seperti yang sering dilakukan oleh para pemeluk agama Shinto (Penyembah Dewa Mataharii) di Jepang. Ajaran tersebut tentulah bertentangan dengan ajaran agama Islam maupun nilai-nilai kebudayaan bangsa Indonesia sejak dulu.
Pendidikan karakter dan pendidikan berkarakter yang diajarkan para kiai kepada santrinya menjadikan mereka tidak takut mengusir para penjajah, baik itu secaara fisik maupun secara psikis. Nabi Muhammad SAW yang dijadikan uswah atau suri tauladan dalam kehidupan mereka, bukan para tokoh maupun artis dari Barat, memberikan mereka karakter yang kuat dan tidak akan pernah ketinggalan zaman. Sehingga, sampai kapan pun mereka hidup, mereka dapat menghadapi kerasnya kehidupan pada zaman penjajahan maupun setelah penjajahan. Sudah sepatutnyalah kita sekarang ini, dengan begitu banyak tekanan dari asing memiliki generasi muda yang berkarakter. Mereka harus bisa mempertahankan agama dan keyakinan mereka, juga mau berjuang untuk negaranya. Dan sejak dulu sampai sekarang, pesantrenlah yang menjadi garda depan pendidikan berkarakter di negara kita.
Mahasiswa sebagai Agent of Change
Mahasiswa memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya perubahan yang terjadi di Indonesia berawal dari aksi mahasiswa yang turun kejalan, maupun aksi-aksi damai tanpa menginjakkan kaki di jalanan. Tuntutan reformasi yang digaungkan oleh mahasiswa, sampai menduduki gedung DPR, memberikan perubahan yang sangat besar bagi kehidupan bernegara di negeri kita. KKN yang saat itu merajalela, yang banyak dilakukan oleh presiden maupun para pejabat saat itu, sedakit banyak berhasil diberantas. Bapak Soeharto yang saat itu menjabat sebagai presiden berhasil dilengserkan dan diganti dengan presiden baru yang membaw angin segar terhadap reformasi Indonesia.
Setelah waktu bergulir cukup lama, hasil dari reformasi tersebut hanya sedikit kita rasakan. Para presiden yang menjabat menjadi kepala negara dan pemerintahan di Indonesia tidak meneruskan apa yang diinginkan dan dicita-citakan para pejuang reformasi pada tahun 1998. Banyak dari para pemimpin bangsa ini melakukan kejahatan yang lebih besar dan lebih kejam daripada yang dilakukan para pendahulnya sebelum reformasi. Korupsi yang begitu mengakar dan permainan media massa yang mempermainkan opini rakyat Indonesia menjadikan bangsa kita tidak memiliki karakter yang jelas.
Disinilah para mahasiswa harus banyak berperan. Sebagai kaum intelektual dan agent of change di Indonesia, para mahasiswa memiliki kesempatan yang sangat luas. Karakter dan idealism yang dimiliki para mahasiswa harusnya bisa ditularkan kepada segenap rakyat di negri ini. Jika para mahasiswa memiliki karakter, mampu berpikir kritis serta bernyali, tentulah perubahan yang baik akan segera terjadi di neri ini. Dari dahulu hingga sekkarang, para pemimpin negri ini sangat ketakutan jika melihat para mahasiswa yang berpikir jernih dan kritis.