Kamis, 17 November 2011

Pesantren, Solusi Pendidikan Bangsa yang Berkarakter

 
Sejak zaman penjajahan dan penindasan oleh Belanda maupun Jepang, pesantren memegang peranan yang sangat penting untuk mengusir para penjajah. Para santri dan kiai tak kenal lelah, meskipun tanpa senjata, berjuang memerangi kolonialisme para penjajah. Senjata yang palng ampuh dan paling ditakuti Belanda waktu itu adalah spirit keislaman yang didalamnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme yang sesungguhnya.



Begitu banyak contoh perjuangan para santri dan kiai mengusir penjajah. Satu diantaranya adalah perjuangan melawan penjajahan Jepang yang dilakukan oleh K.H. Zaenal Mustofa dan para santrinya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Masalah utama perlawanan kepada Jepang tersebut adalah peraturan penjajahan Jepang yang mewajibkan seluruh rakyat Indonesia untuk melakukan gerakan menunduk ke arah timur pada pagi hari, seperti yang sering dilakukan oleh para pemeluk agama Shinto (Penyembah Dewa Mataharii) di Jepang. Ajaran tersebut tentulah bertentangan dengan ajaran agama Islam maupun nilai-nilai kebudayaan bangsa Indonesia sejak dulu.
Pendidikan karakter dan pendidikan berkarakter yang diajarkan para kiai kepada santrinya menjadikan mereka tidak takut mengusir para penjajah, baik itu secaara fisik maupun secara psikis. Nabi Muhammad SAW yang dijadikan uswah atau suri tauladan dalam kehidupan mereka, bukan para tokoh maupun artis dari Barat, memberikan mereka karakter yang kuat dan tidak akan pernah ketinggalan zaman. Sehingga, sampai kapan pun mereka hidup, mereka dapat menghadapi kerasnya kehidupan pada zaman penjajahan maupun setelah penjajahan. Sudah sepatutnyalah kita sekarang ini, dengan begitu banyak tekanan dari asing memiliki generasi muda yang berkarakter. Mereka harus bisa mempertahankan agama dan keyakinan mereka, juga mau berjuang untuk negaranya. Dan sejak dulu sampai sekarang, pesantrenlah yang menjadi garda depan pendidikan berkarakter di negara kita.
Mahasiswa sebagai Agent of Change
Mahasiswa memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya perubahan yang terjadi di Indonesia berawal dari aksi mahasiswa yang turun kejalan, maupun aksi-aksi damai tanpa menginjakkan kaki di jalanan. Tuntutan reformasi yang digaungkan oleh mahasiswa, sampai menduduki gedung DPR, memberikan perubahan yang sangat besar bagi kehidupan bernegara di negeri kita. KKN yang saat itu merajalela, yang banyak dilakukan oleh presiden maupun para pejabat saat itu, sedakit banyak berhasil diberantas. Bapak Soeharto yang saat itu menjabat sebagai presiden berhasil dilengserkan dan  diganti dengan presiden baru yang membaw angin segar terhadap reformasi Indonesia.
Setelah waktu bergulir cukup lama, hasil dari reformasi tersebut hanya sedikit kita rasakan. Para presiden yang menjabat menjadi kepala negara dan pemerintahan di Indonesia tidak meneruskan apa yang diinginkan dan dicita-citakan para pejuang reformasi pada tahun 1998. Banyak dari para pemimpin bangsa ini melakukan kejahatan yang lebih besar dan lebih kejam daripada yang dilakukan para pendahulnya sebelum reformasi. Korupsi yang begitu mengakar dan permainan media massa yang mempermainkan opini rakyat Indonesia menjadikan bangsa kita tidak memiliki karakter yang jelas.
Disinilah para mahasiswa harus banyak berperan. Sebagai kaum intelektual dan agent of change di Indonesia, para mahasiswa memiliki kesempatan yang sangat luas. Karakter dan idealism yang dimiliki para mahasiswa harusnya bisa ditularkan kepada segenap rakyat di negri ini. Jika para mahasiswa memiliki karakter, mampu berpikir kritis serta bernyali, tentulah perubahan yang baik akan segera terjadi di neri ini. Dari dahulu hingga sekkarang, para pemimpin negri ini sangat ketakutan jika melihat para mahasiswa yang berpikir jernih dan kritis.

Indonesia, CeTe dan Aku*


Bismillahirrahmanirrahim

Indonesia, negeri subur makmur, dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat melimpah. Sakun subur tanahnya, tongkat kayu dan batu pun bisa tumbuh menjadi tanaman. Tapi sayang, tak semua SDA itu dapat kita olah dengan baik. Buktinya, masih banyak SDA yang kita punya terbengkalai begitu saja. Adapun yang sudah diolah, kita (bangsa Indonesia) tak mendapatkan hasil apapun karena yang mengolah bukan kita. Ataupun sebagian kecil yang kita olah, si pengolah dan penguasa terlalu serakah untuk membagikan keuntungan yang mereka dapat.
Itulah sebagian kondisi yang sekarang ini kita rasakan. Banyak orang beralasan, hal-hal diatas terjadi karena kita tidak mempunyai SDM yang bermutu, yang bisa mengolah semua kekayaan alam kita dengan baik. Ada pula yang bilang, negeri ini terlalu miskin untuk membeli teknologi modern yang bisa mengambil dan mengolah benda-benda berharga dalam perut bumi kita. Kebanyakan rakyat bangsa kita, terutama para sarjana, sudah menyerah begitu saja dan mengikhlaskan diri mereka untuk menjadi pembantu di dalam maupun di luar negeri dalam memenuhi kebuutuhan SDA asing. Para sarjana Indonesia sudah kehilangan idealismenya ketika mereka masih menjadi mahasiswa. Ketika mereka lulus, mereka lupa akan teriakan “Hidup rakyat Indonesia!” yang diteriakkan dimana-mana. Moralitas yang seharusnya mereka punya pun dipertanyakan.
Masalah yang sekarang kita rasakan tentunya harus kita selesaikan bersama-sama. Bangsa ini membutuhkan solusi, bukan perdebatan tentang siapa yang bersalah. Jika kita terlalu terlarut-larut dalam masalah yang kita hadapi dan hanya memperdebatkannya, bangsa kita tak akan pernah hidup sejahtera.
Disinilah peran mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change). Cendekia Teknika (CT) yang merupakan wadah bagi para teknokrat-cendekiawan masa depan, tentunya harus bisa membawa angin segar bagi lahirnya para ilmuwan beserta teknologi modern yang dapat memanfaatkan SDA yang kita miliki. Sebagai bagian dari Keluarga Muslim Teknik UGM (KMT), CT memiliki lebih banyak keunggulan daripada wadah keilmuan lainnya. Dengan berbekal pengetahuan agama dan ketauhidan, ilmu yang didapatkan dari kampus sebaga mahasiswa teknik bisa menjadi berkah dan dapat mewujudkan wajah Muslim Indonesia dan juga seluruh muslim di dunia sebgai rahmatan lil alamin.
Sebagai seorang ‘abdullah, saya mempunya kewajiban yang sangat besar untuk menjadi pemimpin/khalifah dimuka bumi ini. Kepemimpinan disini bukan berarti saya harus menjadi seorang presiden, namun dalam kepemimpinan ini saya harus bisa mengaktualisasikan diri saya dengan segala kemampuan yang saya miliki untuk mengedepankan Islam sebagai Rahmat bagi semesta alam. Sebagai mahasiswa teknik geologi yang langsung berkecimpung dengan semua potensi SDA, saya harus bisa menjadi solusi bagi segala permasalahan bangsa ini. Dengan adanya CT sebagai wadah keilmuan ini, saya yakin saya bisa bersinergi dengan kemampuan teknik lainnya dalam membangun Indonesia kedepannya. Insyaallah.

Wallahu A’lamu Bisshawab
*sebuah essay untuk seleksi Cendekia Teknika UGM